Kamis, 21 November 2013

When You "Walk"

Tidak punya motor di perantauan, lantas harus berjalan kaki, sendirian. Sebenarnya menyenangkan juga. Yah, tidak terlalu buruk lah.
Ada banyak hal yang bisa kita temukan saat kita berjalan kaki, yang kadang tidak terlalu kita perhatikan jika mengendarai kendaraan. Selama beberapa bulan saya di Semarang, entah sudah berapa kali saya harus keluar berjalan kaki sendirian. Dan saya menikmatinya. (Ngeles cerdas bagi yg single ^^)

Ini memasuki bulan ketiga saya berada di Semarang. Di sini, saya tinggal di kos-kosan yang dekat dengan kampus Pascasarjana Undip, Pleburan. Kira-kira jaraknya sekitar 10 menitan berjalan kaki. Suasana di sini? Berbeda sekali dengan di Aceh. Baik dari segi tempat tinggal, masyarakat, makanan, bahkan para pedagang kaki lima. Menurutku, Aceh tetap yang terbaik. Surely! :)

Ngomong-ngomong soal jalan kaki, saya senang melakukannya. It will learn us many things!
Ketika saya berjalan kaki sendirian, yang saya temukan pertama kalinya adalah 'kebebasan'. Berjalan kaki sendirian itu artinya kita sendiri lah yang menentukan arah tujuan kaki kita melangkah, bukan orang lain. And it's not more complicated than walking with another person or friends.

Ketika berjalan kaki sendirian, saya bebas menentukan tujuan yang hendak saya tuju. Paling hanya dengan sedikit pertimbangan tanpa banyak bla...bla...bla yang menghabiskan waktu. Berbeda halnya ketika keluar bersama-sama, sejak awal harus menyamakan pendapat kemana yang harus dituju, dan bla..bla..bla. Pokoknya beda kepala, beda pemikiran lah. Hehehe...
Tapi, itu bukannya saya senang memisahkan diri. Hanya saja, saya juga menikmati saat-saat ketika harus berjalan kaki sendirian. Itu tidak menjadi masalah buat saya. Karena tidak semua hal bisa dilakukan bersama-sama, kan? Terbiasa untuk mandiri dan tidak terlalu bergantung pada orang lain itu harus, apalagi di perantauan seperti ini :)

Apa lagi yang bisa  ditemukan saat berjalan kaki? 
Banyak. Ketika berjalan kaki, saya bisa melihat 'realita' yang benar-benar nyata. Di sini saya bercerita dengan melihat dari sudut pandang 'human interest', alias potret hidup masyarakat di sini dari kalangan menengah ke bawah.
Di sekitar tempat tinggalku ini,  didominasi oleh para mahasiswa dan perantau dari berbagai daerah. Jadi di sini yang banyak ditemukan adalah kos-kosan dan warung-warung makan. Kos-kosan di sini berbeda sekali dengan di Aceh. Kalau di Aceh kos-kosan banyak yang berbentuk rumah kontrakan, tapi di sini banyak yang menyewakan kamar. Sangat sedikit rumah kontrakan. Kamar disewakan per bulan, harganya tergantung dengan fasilitas yang diberikan. Di Aceh, kos-kosan seperti ini sih masih sulit ditemukan. Banyakan rumah, jadi rasanya ya seperti bukan ngekos, tapi seperti tinggal di rumah sendiri.

Di Semarang ini pun banyak sekali warung-warung makan pinggiran jalan. Banyak yang memanfaatkan trotoar untuk dijadikan lapak jualan. Apalagi kalau malam tiba, di sepanjang trotoar bisa kita temukan warung-warung makan "instan",  yang dibentuk dengan tenda-tenda dan lesehan ala kadar. Warung ayam penyet lah, nasi goreng, ketoprak, mie ayam, goreng-gorengan, dll. Di Aceh ada juga sih yang seperti ini, tapi belum se'ekstrem' yang di sini. Masih terkesan rapi, punya kursi dan tidak terlalu dekat dengan jalanan atau benar-benar di pinggiran jalan. :p
Saya juga melihat banyak pedagang makanan yang lumayan sudah berumur. Malah pedagang yang seperti ini bukannya jualan di tempat, tapi justru berkeliling mendorong gerobaknya. Coba bayangkan, seorang kakek atau nenek harus keliling seharian mendorong gerobaknya untuk menjual makanan? Di Aceh, sudah sedikit sekali yang berjualan dengan mendorong gerobak. Rata-rata pedagang berjualan dengan sepeda motor, yang berjualan dengan sepeda saja jarang.

Di sini, banyak mbok-mbok yang berjualan sayur/ikan dengan mendorong gerobak, tidak ada warung atau kios-kios yang menjual sayuran di sekitar tempat tinggal (seperti di Aceh) kecuali di pasar. Kalau bapak-bapak, bahkan kakek-kakek, biasanya jualan 'gelo-gelo' (buah, gorengan atau jajanan lainnya), ketoprak, mie ayam, atau barang-barang keperluan rumah tangga. Itu juga harus berjalan kaki, mendorong gerobak.

Itu tentang para pedagang. Banyak lagi hal-hal baru lain yang saya temukan di sini dan berbeda dengan di Aceh. Misalnya seperti rental komputer atau tempat foto copi-an yang tidak "selengkap" Aceh. Kalau mau mencari peralatan tulis atau kantor yang bagus dan lengkap, di sini harus ke swalayan atau ke toko buku. Kalau ke tempat foto copian atau rental komputer, ya cuma menjual alat-alat tulis se-ala kadarnya saja.

Kalau tentang masyarakat, masyarakat di sini ya dominannya adalah orang-orang Jawa dan etnis Tiong Hoa. Kalau yang kaya, ya kaya sekali. Kalau yang miskin, saya saja sampai prihatin melihatnya. Di sini, pengemis bisa ditemukan di mana-mana. Kebanyakan malah masih terlihat sehat dan kuat. Bahkan, ada juga masyarakat yang tidur di depan-depan toko. Ini saya temukan ketika pulang telat sehabis jalan-jalan bersama teman se-kosan. Mereka (yang tidak memiliki tempat tinggal itu) tidur hanya dengan beralaskan koran atau kardus, bahkan ada yang masih bayi dan sudah sangat tua. 
Inilah kali pertama saya melihat realitas seperti itu, biasanya cuma lihat di film-film atau berita di televisi.

Berjalan kaki di sini rasanya berbeda dengan di Aceh. Saya tidak merasa aneh, apalagi gengsi. Lagian cuaca di sini tidak seterik  atau sepanas Aceh, hanya hawanya saja yang membuat gerah.  Paling-paling, kalau berjalan kaki sesekali ada mas-mas yang iseng menggoda. Yaa, kebanyakan mereka memberikan salam sih, mungkin karena yang digodain itu memakai jelbab x. Ah, ngasih salamnya jadi ga benar motifnya. Haha! (Kacau!)
Kesimpulannya, jalan kaki itu akan jadi menyenangkan kalau dibuat menyenangkan. Kalau jalan kaki sendirian, jangan cuma merunduk ngeliatin aspal doang. Tapi lihat juga di sekeliling kita itu ada apa saja. Perhatikan, dan temukan hal-hal yang menarik!
Ketika kita berjalan, kita akan menemukan apa yang belum pernah kta temukan. Ketika kita berjalan, itu sangat tergantung pada arah langkah yang kita tentukan. Kita akan menemukan jalan yang baik, dengan tujuan yang baik dan pasti. Satu langkah yang kita ambil, akan menentukan banyak langkah yang kita tempuh dan memberikan kita banyak hal. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar