Jumat, 12 Oktober 2012

Belum Ada Jawaban....

Sumber : Sketsastra


...Cinta itu sederhana. Bila kamu mendengarkan bunyi yang "berdenting" tiba-tiba di hatimu, tanpa kamu tahu apa alasannya, tanpa kamu duga kedatangannya. Itulah cinta. Ah, cinta itu sederhana. Ketika kamu mau memberi, tanpa harus diminta....

***

00.30 WIB. Waktu sudah sangat larut di sini. Namun tangan kecilnya yang lincah masih terus bermain-main dengan tuts laptop kecil di hadapannya itu. Entah sudah berapa lama dia terduduk di sana, di kamar kecilnya yang hanya diterangi oleh sebuah lampu yang sudah mulai redup itu bersama secangkir kopi dan sepotong coklat. Hening. Adiknya dan penghuni kos lainnya sudah tertidur. Hanya ada dia dan laptop kecil ditambah buku-buku yang berserakan di lantai yang masih tetap setia menemani sang malam...

Sesekali dia termenung, melihat tulisan yang ada di hadapannya itu. Lalu sesekali dia mengurut-urut keningnya sambil menghela nafas panjang. Pusing. Begitu sulitnya tugas yang dikerjakannya saat ini. Yah, apalagi jika bukan tugas akhirnya di perkuliahan. Itulah monster yang disebut "skripsi"!

"Drrrttt," handphone di sebelahnya bergetar. Ada pesan masuk.
"Tidurlah...," hanya kata-kata itu yang dibaca Ina ketika dia membuka pesan masuk itu. Ternyata Eko yang mengirimnya. Sahabat yang dikagumi Ina diam-diam. Sahabat spesialnya....

"Sial!" Ina menggerutu kecil dalam hati. "Setelah sekian lama, kamu baru sms aku? Kemana aja sih kamu?". Lalu dibalasnya pesan itu.
"...iya Eko. Bentar lagi aku tidur :)," pesan terkirim. Namun, tak ada balasan kembali. Seperti biasa....
Dan Ina pun tidur...


***

 "Mut, baru aja ada yang nembak aku lagi nih. Temannya Eko. Tapi udah aku tolak sih..." Kata Ina pada adiknya ketika sedang ngebakso bareng di baksonya Bang Herman langganan mereka.

"Soalnya baru kenal sehari sih. Masak langsung bilang suka? Pake acara bilang mau pacaran serius pula. Emang ada ya pacaran yang serius itu?," cetus Ina dengan mulut penuh mie. Muti hanya tersenyum, lalu menjawab singkat.

"Yauda kalau emang ga cocok di hati...."
"Iya," Jawab Ina lagi. Lalu menghabiskan sisa makanannya sambil merenung...

***

"Kenapa?" Ina merenung sambil menatap langit-langit kamarnya. "Kenapa aku begitu sulit jatuh cinta? Kenapa aku begitu merasa sepi? Kenapa aku begitu merasa tidak pantas untuk lelaki manapun? Kenapa aku harus berfikiran seperti ini?" Huft, Ina menghela nafas panjang. 

Sangat banyak yang dipikirkannya beberapa waktu ini. Untung saja kesibukannya menyelesaikan skripsi sedikit mengalihkan pikirannya dari pikiran-pikiran menjemukan itu. Yah, memikirkan cinta. Benar-benar sangat membuatnya bingung.

Malam ini, rasa-rasanya memikirkan permasalahan hati itu sangat melelahkan. Lelah yang aneh. Memikirkannya tanpa bisa menemukan jawaban yang jelas. Terus memikirkannya, namun malah membuatnya makin tersesat, berputar-putar dan berbelit-belit dalam libirin gelap yang aneh. Sulit menemukan jalan keluarnya.

Sejak putus dengan kekasihnya beberapa bulan yang lalu. Ina justru semakin menutup hatinya. Ada beberapa lelaki yang mendekatinya, namun tak kunjung mendapat posisi yang spesial di hati Ina. Saat ini, sulit bagi Ina  memutuskan untuk menjalin hubungan dengan lelaki mana pun. Apalagi jika tidak diiringi dengan perasaan cinta dari hatinya. Ina tak mau menerima seseorang, jika perasaannya belum terlalu yakin pada lelaki itu. Hubungan tidak bisa dipaksakan, apalagi jika tidak diiringi oleh perasaan cinta.
Mungkin, inilah yang menyebabkannya berpisah dengan kekasihnya dulu. Ina tidak yakin dengan perasaannya. Tidak yakin dengan rasa cinta yang dimilikinya pada kekasihnya itu...

Dan saat ini, Ina bingung. Dengan keadaannya sendiri....
Diambilnya diary, dan dituliskan semua rasa sesak yang dirasakannya itu. Hanya pada diary lah Ina bebas menceritakan isi hatinya. Kepada benda, yang bahkan tidak mampu memberikan jawaban...

***

Hai Diary...
Bodoh ya, kalau aku lagi galau selalu saja aku menyapamu. Padahal, kamu bahkan tak mampu memberikanku solusi. 
Tidak apa, aku hanya butuh didengarkan. Diary, kamulah tempat yang paling tepat :)

Ry, belakangan aku ingin sekali menyapa kekasihku dulu, Rei. Tapi aku segan...
Sewaktu ulang tahunku beberapa hari yang lalu, dia memberiku hadiah ultah yang sangat istimewa. Bahkan aku yakin, banyak perempuan lain yang cemburu padaku karena hadiahnya itu. Dia memberiku tulisan yang sangat indah. Tulisan dari hatinya....

Ry, seharusnya aku senang kan? Tapi, saat ini kok aku jadi makin segan ya ama Rei...
Menyapanya saja seakan-akan ada rasa bersalah yang teramat besar padanya. Dia terlalu baik Ry, terlalu baik padaku yang sudah sangat menyakiti hatinya. Kebaikannya, membuatku makin merasa segan. Seandainya hadiah itu diberikannya ketika aku masih berstatus sebagai kekasihnya, mungkin aku sangat merasa senang. Karena itu adalah hadiah terindah....
Namun, saat ini siapalah aku? Hanya seorang perempuan yang menyia-nyiakan lelaki sebaik dia. Perempuan yang berhati dingin. Tidak pantas untuknya yang memiliki perasaan yang sangat hangat...
Tulisannya itu, benar-benar menyadarkanku. Kalau aku ini bukanlah apa-apa untuknya. Yang tak mampu menandingi perasaannya yang sebesar itu...:'(

Ry, kuharap dia mengerti. Aku ini seorang yang lemah akan rasa. Apalagi jika disandingkan dengan perasaannya yang besar itu. Aku makin merasa ciut. Merasa menjadi seorang perempuan yang benar-benar amat jahat. Karena tak mampu mencintai lelaki sebaik Rei.

 HUfft...
Entahlah Ry, saat ini aku benar-benar lelah dengan perasaanku yang aneh ini. Perasaan yang ingin mencintai, tapi tak bisa mencintai seseorang dengan baik. Walaupun yang datang silih berganti...
Aku ingin mencintai satu. Cukup satu...! Yang dulunya kucari pada Rei, namun sedikit demi sedikit rasa itu menghilang. 
Lalu kutemukan pada Eko, lantas juga menghilang dengan ketidakpedulian dan ketidakjelasannya...

Eko begitu dingin Ry...!
Entah apa maunya itu, datang tiba-tiba. Lalu pergi. Memberi ucapan-ucapan manis, lantas menghilang tanpa ada kejelasan..
Entah perasaan yang seperti apa yang dimiliki Eko untukku. Tidak sama seperti Rei memang. Tapi Eko begitu mengikatku...

Ry, mereka terlalu menjadi bayang-bayang bagiku. Mungkin ini sebabnya aku sulit untuk menemukan rasa cintaku...
Ada bayang-bayang yang mengikutiku, bayang-bayang tak jelas. Tak bergambar...
Rei dengan cinta yang besar, namun menciutkanku.
Eko, dengan segala ketidakjelasannya. Namun mampu mengikatku...

Entahlah Ry. Mungkin suatu saat nanti akan kutemukan jawabannya..
Akan berlabuh pada siapakah rasa ku ini... 

(9102012)

Ina menutup diary kecilnya, lalu beranjak ke tempat tidurnya. Berusaha menutup mata, dan tertidur dengan perasaan yang terus gelisah seperti  malam-malam sebelumnya. Membolak-balikkan badannya, menghela nafas panjang, dan sesekali terjaga. Sungguh malam-malam yang berat....


Bersambung....

2 komentar:

  1. Sang perawan dalam lekukan ilalang, termenung sendiri dan memandangi awan.
    Ingin tinggi seperti layang layang, yang meliuk bebas sendiri tiada beban.
    Sendiri bukanlah berarti terbuang, namun bebas menjalani hidup tanpa rasa tertekan.
    Nyanyian hati dalam labirin harapan, menanti sebuah ‘ikatan’ dengan seulas senyuman.
    sabarlah kawan,,
    Dia bukan kumpulan warna warni yang seperti pelangi.
    Dia bukan rinai kasih yang menitik dan selalu butuh dihujani.
    Dia bukan taman langit yang menjulang dan ingin selalu tinggi.
    Dia hanya punya cinta dan pemilik hati yang tak mungkin terbagi.
    biarkan waktu yg menjawab dan terus berdoa kepada Tuhanmu.

    BalasHapus
  2. emmm ini persis kya kisahku :'(

    BalasHapus