Minggu, 24 Februari 2013

Sarjana itu pilihan-pilihan :)

Ada kelegaan tersendiri ketika saya berhasil mendapatkan gelar sarjana. Ya, tepat tanggal 13 Februari 2013 lalu saya resmi mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi setelah 4 tahun 3 bulan kuliah di Fisip Unsyiah. Lega, sangat lega. Terlebih lagi ketika saya bisa membuat kedua orang tua bangga setelah berhasil menyandang predikat "cum laude" dengan ipk yang alhamdulillah memuaskan :)

Yah, bagi saya predikat itu cukup menjadi sebuah penghargaan untuk jerih payah yang telah saya lakukan selama ini, dan untuk kedua orang tua saya. Namun, kelegaan setelah berhasil menyelesaikan studi tersebut belakangan ini justru menjadi tanggung jawab baru untuk saya. Bukan berarti ketika kuliah di jenjang S1 ini selesai, saya bisa bersantai-santai dan duduk manis menikmati itu semua. Owh, tentu saja tidak. Dengan titel S.I.Kom yang telah melekat manis di belakang nama saya tersebut, saya justru mendapatkan tanggung jawab baru untuk membuktikan agar titel itu sia-sia. Saya tidak ingin menjadi pengangguran...

Selamat datang ke dunia dan tantangan yang nyata. Kalimat itu yang sering saya dapatkan dari orang-orang yang menyambut kelulusan saya. Yah, itu benar. Setelah kelulusan ini, saya dihadapkan ke berbagai pilihan yang menentukan ke arah manakah saya ke depan nanti, dan ini mutlak membuat saya bimbang! Sarjana itu adalah pilihan, bahkan menciptakan pilihan-pilihan setelahnya. Berani sarjana, berani menghadapi berbagai pilihan lain yang lebih menantang. Hmmm...

Di satu sisi, saya sangat ingin melanjutkan studi saya ke jenjang S2 karena ilmu yang saya dapatkan selama S1 sangatlah tidak memadai. Tidak perlu jauh-jauh, jika tidak bisa di luar negeri maka kuliah di dalam negeri pun cukup. Saya pun cukup sering browsing internet untuk mencari tahu peluang-peluang beasiswa di beberapa universitas yang saya inginkan. Nah, saya benar-benar harus bisa memanfaatkan peluang beasiswa yang ada, karena untuk melanjutkan kuliah S2 dengan biaya sendiri itu sangatlah susah. Kedua orang tua saya hanya mampu membiayai pendidikan saya hingga jenjang S1 saja, selebihnya itu terserah saya. Beruntung kalau ada beasiswa yang bisa saya dapatkan, kalau tidak ya saya harus mencari pekerjaan dan hidup mandiri. Setelah S1, tentu saja orang tua saya tidak memanjakan saya lagi. Kondisinya tidak akan semudah ketika saya masih kuliah S1, yang uang jajan dan segala sesuatunya dipenuhi oleh orang tua.


Nah, tidak mudah untuk melanjutkan S2. Peluang beasiswa untuk tahun 2013 ini sangatlah terbatas. Ada dua program beasiswa yang saya targetkan, yaitu beasiswa dari gubernur Aceh dan Beasiswa Unggulan Dikti. Dan ternyata, untuk tahun ini gubernur tidak menganggarkan dana bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan kuliahnya. Dan harapan saya satu-satunya kini hanya bergantung pada beasiswa dari Dikti. Hmmm....

Di sisi lain, Abu saya pun juga menyarankan agar saya tidak terlalu terpaku untuk melanjutkan studi saya. Abu lebih cenderung menyuruh saya untuk segera memiliki pekerjaan, terlebih lagi saat ini Abu sudah pensiun dan sakit-sakitan. Meski abang saya juga sudah menyelesaikan S1nya, namun dia juga belum sepenuhnya bisa mengurangi beban orang tua karena masih melanjutkan kuliah S2nya di Jerman. Dua orang adik saya pun masih kuliah, dan orang tua saya juga (iseng-iseng) sedang melanjutkan kuliah S2 di pascasarjana Meulaboh. Masih banyak beban yang ditanggung oleh orang tua saya. Dan ini juga membuat saya jadi bimbang untuk melanjutkan kuliah kah atau bekerja.

Yang paling saya inginkan memang melanjutkan kuliah saya, setidaknya selama saya hidup itu menjadi target yang harus bisa dipenuhi. Meski tidak bisa dipenuhi tahun ini, ntah kapan pun itu mudah-mudahan saya bisa mencapai target saya itu.



Nah, ada juga masalah lain yang juga masuk ke dalam list yang harus saya pertimbangkan selain lanjut kuliah dan bekerja, yaitu mengenai calon pendamping hidup. Haha...
Hingga saat ini, saya belum menemukan calon yang tepat dan mungkin memang belum dipertemukan dengan seseorang yang tepat. Bukan karena saya terlalu pemilih, hanya saja memang sulit menemukan seseorang yang sevisi dan "klop" di hati. Kalau masalah pendamping, tidak bisa asal-asalan juga kan? Mana bisa menerima seseorang yang bahkan tidak sejalan dengan perasaaan. So just wait him, Allah punya rencananya tersendiri untuk mempertemukan kita dengan pasangan terbaik kita. Yah, semoga saja saya dipertemukan dengan seseorang yang dapat mendukung impian dan target saya. Betapa indahnya kan, kalau saya bisa melanjutkan kuliah bersama-sama dengan suami saya kelak. Haha :p (lebay!)

Nah, untuk masalah selera saya memang tertarik dengan seseorang yang cerdas dan punya jiwa sosial yang baik. Seseorang yang berkarakter dan memiliki jiwa pemimpin. Cakep itu cuma nilai plus saja. 
Tapi ini hanya masalah selera saja, saya tetap tidak akan memilih-milih. Cukup hati saja yang memilih, karena hati pasti tahu ke pada siapa dia akan berlabuh. Bukankah begitu? Hehe :)


4 komentar:

  1. Alhamdulillah ya sob...atas pencapaian nya
    so...saya juga tepat pada 6 feb kemaren menjadi seorang sarjana di STMIK BINA BANGSA LHOEKSEUMAWE di propgam studi Teknik Informatika...dengan gelar S. Kom..
    Harapan semuhga gelar kesarjanaan kita bermamfaat bangsa dan agama..amin...
    sukses trus buat kamu sob..terus berkarya

    BalasHapus
  2. Amin. Smoga berkah ya ilmu yg sudah qta dapat...:D
    Makasi buat ucapannya....

    BalasHapus
  3. Congratz Sob, sukses terus kedepannya. Love the life you live. :)

    BalasHapus
  4. semoga ilmunya berkah, Put. dan semoga pasangannya segera datang :D

    BalasHapus